Menjelma
May 20, 2014
Angin
yang kau peluk semalam, baru saja mengetuk jendela kamarku.
Lancang berbisik di telingaku yang makin dingin: "Rindu kamu. Rindu kamu. Rindu... Kamu.." lalu angin pergi, menjejakkan lengang yang panjang.
Esok aku akan terlupa, semudah kau berkedip.
Dan kau akan terus menyeruput kopi,
menerka mana yang lebih pahit.
Kelak, rindu akan menjelma jadi pohon, hujan, angin, bahkan kau.
Atau ingatan tentang lentik matamu dari samping, atau hembus nafas di tengkukku?
Masihkah aku peduli?
Aku tak pandai menulis sajak, tentang rindu yang sembarangan, atau senja yang selalu menghitung mundur. Sungguh. Tandai itu.. Aku dan sisa-sisa kenangan yang barangkali masih kauingat.
Lancang berbisik di telingaku yang makin dingin: "Rindu kamu. Rindu kamu. Rindu... Kamu.." lalu angin pergi, menjejakkan lengang yang panjang.
Esok aku akan terlupa, semudah kau berkedip.
Dan kau akan terus menyeruput kopi,
menerka mana yang lebih pahit.
Kelak, rindu akan menjelma jadi pohon, hujan, angin, bahkan kau.
Atau ingatan tentang lentik matamu dari samping, atau hembus nafas di tengkukku?
Masihkah aku peduli?
Aku tak pandai menulis sajak, tentang rindu yang sembarangan, atau senja yang selalu menghitung mundur. Sungguh. Tandai itu.. Aku dan sisa-sisa kenangan yang barangkali masih kauingat.
3 comments
ih suka deh sama blognya ><
ReplyDeletebtw, kamu alumni smp6 bukan yah? salam kenal :D
iya bener aku anak padus dulu hehe ternyata ada yg inget, biasanya aku kayak anak angin, gak diliat orang. Aku sering merhatiin orang, tapi malu aja nyapa hehehe salam kenal juga! Tulisannya bagus2 xD
ReplyDeletewah yang kamu bilang tadi ini aku banget. ya, aku anak angin juga. Tak kasat mata namun nyata adanya. Salam kenal (lagi) oyon! aku suka tulisanmu, seru!
Delete