Mata Berdebu

Kepada Tuan yang baik hati,

Maaf, jika aku masih saja mencuri bayanganmu untuk kuingat lagi dan lagi.
Tentang lembayung senja dan semua yang ada di dalamnya, toples wadah tetesan pendingin ruangan dan tawa kita di dalamnya. Kau boleh tertawa, terserah saja.

Ada banyak jenis kebahagiaan ; mengingat kamu, melihat avatarmu di linikala, dan mengetahui bahwa kau tidak sedang sakit. Aku tidak sedang berdusta, sungguh.

Tuan, aku tidak punya alasan untuk membencimu-seperti yang pernah kau sarankan. Lalu, kenapa aku harus membenci Tuan?


Wherever you go, the loneliness always seems in your eyes. Shadowing all of you. Although you always act like never feel alone. 

Tuan, aku minta maaf. Maaf karena terus menerus merasa kasihan.

Regards,

Nona yang Sederhana



PS : Surat pertama yang tidak sampai untuk Tuan. Aku tidak tahu alamat rumah Tuan. Tuan tidak pernah mau memberikannya.

oleh : @hurufkecil

aku merelakanmu menjauh,
merelakanmu terjatuh
ke tempat sampah
bagai sepotong apel merah
yang di geligimu pernah
berdarah
adakah cinta yang jatuh
kepadamu melebihi cintaku?
lelaki yang engkau cintai itu mati
dan tak membawamu ke makamnya
sementara aku bertahan hidup,
bertahun-tahun sanggup tak mati
oleh rindu–dan menanti di surga
Hawa, aku masih ular yang setia
mencintaimu sepanjang usia tuhan.
Bandung, 2010