Kutandai kalender di mejaku. Hari itu harus jadi tanggal merah paling cerah. Sampai hari itu tiba, akan kubuat sedikit persiapan. Aku akan berlatih bicara agar kau tak bosan melihatku diam saja. Juga menamatkan beberapa buku yang baru terjamah sebagian. Lalu membongkar seisi lemari untuk memilah dan memilih pakaian yang pantas. Memilah-memilih.. Cukup cerdaskah aku dalam hal itu? Mungkin tidak. Tapi aku pilih kau....
1 lagi undangan pernikahan. Sekarang sudah ada 4 undangan yang harus dihadiri. 3 dari kawan lama, sisanya undangan kerabat Jo. Semuanya belum genap dua puluh tahun, bahkan salah satunya masih kelas satu SMA, terpaksa drop out. Pernikahan dini. Hhhh.. Married by accident.. Harusnya sebagai teman saya bahagia mendengar kabar mereka akan menikah. Harusnya.. Tapi pernikahan mereka ada dalam situasi yang berbeda. Saya sedih,...
Hari Minggu, setelah mengunjungi senja (senja sudah pergi, aku kemalaman) di pantai, perutku lapar. Kuputuskan mampir ke cafe langganan, setengah harap menemukan kau di sana. Entah mau sampai kapan aku begini. Tebak siapa yang kutemui di sana.. "Lho, mas Pandu? Dari kapan di Bali?! Ya ampun lama gak ketemu!" "Lho, kamu? Rambutmu kok pendek? Sini duduk dulu, saya traktir deh. Anggap saja reuni."...