Semuanya Sudah Tumpah Ke Jalan
August 23, 2014
Saran apa? Untuk
pindah?
Oh cukupkanlah
Aku sudah banyak
menelan saran
Empat sakit, lima
sampai mual
Mampus, katanya
Aku muntah
***
Manusia paling sakit
ialah yang tak mampu membunuh deritanya. Padahal kan, kau tahu sendiri, aku
berkarib derita sejak lama. Itu tuh, waktu ruh-ku ditiup ke perut Ibu. Eh, atau
pas aku masih jadi bagian sel bapakku?Ah, lupa. Yah pokoknya lama sekali. Aku
lahir dari Ibu yang kelewat lugu dan obsesi Bapak yang belagu. Dari surga yang nyaman aku jadi lahir ke
bumi. (yakali dari surga, auk ah!) Semua salah bapak pokoknya! Andai dia tak
egois, andai otaknya sedikit saja lebih besar dari ambisinya, ia pasti takkan
melarikan Ibu dari calon suaminya, pasti "aku" yang lain lahir di
silsilah bapak yang lebih bertanggung jawab. Yang mau memenuhi kewajibannya
sebagai kepala keluarga, bukannya nuntut hak di ranjang tok. Bukan yang
kerjaannya bangun-makan-ngerokok-tidur-ngomel.
Atau minimal aku tak usah mengetik kalimat-kalimat panjang tadi. Pegel.
Ngetik juga pake tenaga keleus.
Intinya, aku pasti
tak seresah ini.
Tapi
ternyata derita jauh lebih bersahaja
dari bapakku yang tahik itu.
Derita mengajari aku
untuk mengecap rasa pahit sebelum menghargai rasa manis. Membuat aku sadar akan
adanya "hitam" dan juga "putih". Membuat aku lebih menghargai keberadaan Ibu
tiri di dongeng Cinderella sebagai sosok
yang penting dalam pembentukan karakter Cinderella yang tangguh dan penyabar,
sebelum didatangi Ibu peri baik hati yang kasihan padanya, sampai akhirnya
berhasil ngegaet pangeran Michael yang katanya
so-damn-cool plus charming plus cakep plus tajir mampus. Klise banget sik. Apa iya, bahagia itu
brsumber dari derajat dan kekayaan? *ngomong apa sih yan!* Semua
jodohnya princess di dongeng- dongeng itu Tajir semua. Kastilnya gede,bo! Cukup buat beli sejuta tas Herm*s sama pabrik-pabriknya. *abaikan*
Nah, Ibu Tiri di
dongeng Snow White juga berjasa, temans. Beliau turut ambil andil besar dalam masa depan Snow White, kan kutukan snow
white bakal ilang kalau doi dicium sama pangeran tampan tuh, nah coba si
penyihir alias Ibu tiri yang nyamar itu ngasi syarat doi kudu dicium kurcaci,
ya endingnya doi nikah sama kurcaci…..
Iya kan?
Bzzzzz jadi aneh ah.
Oke,
udah ngaconya.
***
Tidak ada manusia
yang mau dilahirkan menjadi jahat. Tapi
mereka ada. Mereka ada untuk menempa pribadi manusia yang lemah menjadi lebih
kuat. Sampai pada akhirnya mereka tersadar lalu melangkah di jalan kebenaran,
atau justru nyaman dengan jalan yang tanpa sengaja mereka pilih (hidup itu tentang memilih, mans). Contohnya kaya dongeng tadi deh, mereka
yang antagonis itu punya misi "terselubung" dari si penulis untuk mengangkat derajat nilai-nilai kebaikan
si pemeran utama itu tadi. Intinya, kalau tidak ada jahat, maka tidak akan ada
yang baik. Semua jadi ambigu. Dibilang salah, tidak, dibilang benar juga tidak.
Mana enak hidup di zona abu-abu begitu. *cieee
mayan
Okesip
***
Kamu pernah datang,
menawarkan apa yang kamu sebut bahagia. Derita mengalah dan perlahan kembali ke
pelukan Ibu. Kamu membawaku keluar dari pekatnya kopi tembakau pulau Sumatera.
Tunjukkan cerahnya dunia lewat ocha yang hangat walau cuma seseruput. Aku bahagia.
Kamu bahagia. Meletup-letup, melompat, salto, kayang, dan hariku tak pernah
lagi diam, semua bergerak, meluap, membuncah, segala-galanya jadi berwarna.
Sampai aku tahu bahwa yang kamu sebut bahagia itu punya kuota berbatas, bukan
unlimited. Kita terlampau boros menghabiskan bahagia untuk mengenyangkan ego
saja. Tanpa sadar kita menghabiskan kuota bahagia lebih cepat dari seharusnya. Bodohnya aku masih saja berkeras akan konsep
bahagia tanpa batas. Bodoh. Aku melupakan ajaran derita dan Ibuku. Aku
melupakan diriku sendiri. Aku sendirian.
Dan kamu sibuk melacak hotspot free-bahagia untuk dirimu sendiri.
Aku masih saja
sendiri
Berusaha betah dalam
ruang hampa udara
Aku makin renyah
Kamu makin marah
Aku pasrah
Kamu malah :
Unfriend
Unfollowed
Blocked
Aku bisa apa?
Kuota-ku sudah lama habis.
***
Terima
kasih, Ibu. Terima kasih atas rahim,
rumah, ceramah,dan juga segala marahmu yang mengajari aku untuk semakin kuat
berdiri.
Derita
datang karena bapakku ada. Jadi, kalo gak ada bapakku, derita juga gak ada. Gak
ada sahabat yang lebih setia, bersahaja dan selalu available selain derita.
Gitu.
Jadi,
aku juga mau bilang terima kasih buat bapak karena menghadirkan derita sebagai
sahabatku.
Terima
kasih juga, buat kamu. Atas segala warna yang kau rangkum jadi abu-abu,
kesukaanmu, yang pernah kau kenalkan satu-persatu.
Selamat
ulang tahun, Aku
Agustus,
2014
PS:
Temenin aku ngopi,
yuk!
0 comments