Mem(o)ar
April 13, 2014
Mereka datang karena
semalam saya tidak memimpikan apapun. Maafkan saya, mereka yang mau.
Silahkan saja lihat mereka bercerita. Kalau berkenan.
Lutut
"Hei, lututmu
berwarna!"
"Ya, lututmu
pun bernasib sama. Terpeleset di kamar mandi juga?"
"Ya, eh tidak
juga. Terbentur sudut luar kamar mandi, tepatnya. Nyeri sekali."
"Sudah kau
obati?"
"Belum. Kau
sendiri?"
"Tidak
kuapa-apakan. Nanti juga hilang sendirinya. "
"Ya, benar.
Lagipula aku suka warnanya. "
---
Ibu
"Aku punya
hadiah kecil buatmu."
" Apa ini? Oh
ya ampun!"
"Bawalah, aku
sudah selesai. Kau boleh membacanya
nanti. "
"Film-nya sudah
pernah nonton? Kemarin kucari di
youtube, film-nya belum ada."
"Belum pernah.
Hei, jangan dibaca sekarang, nanti saja di rumah."
"Kenapa?"
"Kalau baca
sekarang, kapan selesainya?"
"Oke,
baiklah. Judul buku ini diambil dari
nama biang roti ya? Apa benar-benar ada?"
"Bukan, tapi
diambil dari bahasa spanyol. Artinya Ibu."
---
Gantian!
"Cepatlah
nona!"
"Sebentar, aku
baru mau mencukur rambut kakiku!"
"Jangan pakai
pisau cukurku!"
"Tapi punyaku
sudah tumpul."
"Tapi aku tidak
punya pencukur lagi."
"Ayolah, tuan.
Kasihani kakiku."
"Memangnya kau
tidak kasihan pada wajahku? Aku bisa terlihat seperti Mark Ruffalo kalau begini
terus."
"Mark Ruffalo
keren, kok. Serius!"
"Tidak mau.
Kalau begitu aku pakai duluan. Kau mandi sana!"
"Tidak. Ladies
first, ingat?"
"Jangan
diskriminatif, aku duluan!"
"Aku
dulu!"
"Aku
dulu!"
0 comments